Laporan pengujian pH tanah dan Lapisan Tanah untuk tanaman kangkung darat



LAPORAN PRAKTIKUM
PENGUJIAN pH TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN KANGKUNG DARAT













Oleh:
Danang Kurniawan                             (361541311065)
Imam Imroni                                       (361541311063)
Elsa Ida Fatmala                                 (361541311060)
Eni Anggraini                                      (361541311043)
Erlyn Ayu Ningtyas                            (361541311046)
Sofiatul Hanifah                                 (361541311053)
Zamrudatul Fitriani                             (361541311044)








POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
D-IV AGRIBISNIS
2015-2016




BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar belakang
Kangkung termasuk sayuran yang populer dan digemari masyarakat Indonesia. Tanaman kangkung berasal dari India sekitar 500 SM, yang kemudian menyebar ke Malaysia, Birma, Indonesia, China Selatan, Australia dan Afrika. Nama latin kangkung adalah Ipomea Repthans. DiIndonesia kangkung memiliki nama daerah yaitu kangkueng (Sumatra), Kangko (Sulawesi), dan Utangko (Maluku).
Kangkung darat adalah tanaman kangkung yang dapat ditanam didarat yang memiliki kandungan air yang tidak terlalu tinggi. Perbedaan kangkung darat dengan kangkung yang lainnya adalah pada bentuk daun dan warna bunganya. Kangkung darat dipanen dengan cara dicabut dan dipotong ujung batang, agar pada saat pemanen dapat dilakuka secara bertahap dari panen sebelumnya.
Budidaya kangkung darat dapat dilakukan baik didataran rendah maupun dataran tinggi. Agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, budidaya kangkung darat harus mendapatkan curah hujan dan sinar matahari yang cukup. Kangkung dapat menghendaki tanah yang subur yang memiliki pH netral yakni kisaran 6-7. Jika pada tanah asam kangkung sukar tumbuh maka diperlukan penambahan zat kapur untuk menetralkannya.

1.2  Rumusan Masalah
·         Berapa lama kangkung darat bisa dipanen?
·         Berapa jumlah daun dan tinggi kangkung darat per hari?
·         Berapa pH yang cocok untuk menanam kangkung darat?
·         Hama apa yang menyerang tanaman kangkung darat?
·         Berapa jumlah lapisan tanah masing-masing sempel tanah?
·         Lapisan apa saja yang terdapat pada masing-masing sempel tanah?
·         Apakah perbedaan volume lapisan tanah disetiap daerah yang berbeda?

1.3    Tujuan
·         Mengetahui berapa lama kangkung darat bisa dipanen.
·         Mengetahui berapa jumlah daun dan tinggi kangkung darat per hari.
·         Mengetahui berapa pH yang cocok untuk menanam kangkung darat.
·         Mengetahui hama apa yang menyerang tanaman kangkung darat.
·         Mengetahui berapa jumlah lapisan tanah masing-masing sempel tanah.
·         Mengetahui lapisan apa saja yang terdapat pada masing-masing sempel tanah.
·         Mengetahui perbedaan volume lapisan tanah disetiap daerah yang berbeda.



1.4    Tempat dan waktu
Tempat sempel tanah                :    - Desa Pandan, kec. Genteng
-  Desa Kedungringin, Kec. Bangorejo
Tempat penanaman                   :    Lahan belakang POLIWANGI

Waktu penyiraman                    :    - Pagi : 07.00 – 07.30 WIB
-  Sore : 16.30 – 17.00 WIB

Waktu prapanen – pascapanen :    25 hari (20/11/2015-19/12/2015)

Waktu pengujian pH                 :    Selasa, 12 Januari 2016
Waktu pengujian lapisan tanah :    Selasa, 12 Januari 2016

1.5 Alat dan bahan
1.5.1 Alat
·      Pollybag
·      Penggaris
·      Botol bekas
·      Kertas lakmus
·      Gelas bekas
·      Plastik es
·      Kertas
·      Alat ukur pH
·      Timbangan digital

1.5.2 Bahan
·      Sampel tanah dari 2 tempat
-          Kedungringin, Kec. Bangorejo
-          Pandan, Kec. Genteng
·      Air
·      Sekam/jerami
·      Benih kangkung



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Menurut Anak Agung Oka, 2007 menyatakan bahwa pemberian kascing sebagai pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah dan dapat mempertahankan kestabilan dan aerasi tanah. Selain mengandung unsur hara utama (N, P, K, Mg dan Ca), kascing juga banyak mengandung mikroba Azotobacter sp, dengan demikian kascing dapat mengingkatkan kesuburan tanah. pemberian pupuk Kascing dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung darat meliputi tinggi, berat basah, berat kering.

Menurut Elfina, Y, A, Rasyad, Agus salim, dkk, 2011 menyatakan bahwa Trichokompas jerami padi mengandung nutrisi tanaman yang cukup beragam antara lain 0,54-0,74% nitrogen, 0,30-0,49% fosfor dan 0,93-1,11% kalim. Trichikompas jerami padi mudah diaplikasikan, harganya murah, tidak menghasilkan racun (toksin) dan ramah terhadap lingkungan.

Menurut Adyan Adnan, Aslim Rasyad dan Armaini, 2009 menyatakan bahwa pemberian pupuk trichokompos jerami padi dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung terutama tinggi tanaman, jumlah daun dan berat segar, sedangkan pada parameter luas daun dan ratio tajuk akar tidak memperlihatkan peningkatan pertumbuhan yang signifikan dengan pemberian trichokompos jerami padi.

Menurut Cahyono, 2003 menyatakan bahwa tanaman kangkung merupakan tanaman semusim yang pertumbuhannya sangat tanggap pemberian pupuk.

Menurut Bahrush Shofwan K. P, dan Sisca Fajriani, 2014 menyatakan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan konsentrasi biostimulator dan jarak tanam pada parameter pengamatan pangan yaitu BKTT/ Plot konsentrasi 30 ml/l + jarak tanah 15X15 cm (K3J1) yaitu sebesar 715,87 g.

Menurut Rohmad Budiono, 2007 menyatakan bahwa pupuk N (Urea) berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kangkung darat. Dosis pupuk organik 20 ton per hektar tidak dapat mensubtitusi kebutuhan N untuk pertumbuhan tanaman kangkung. Pemupukan 100 kg Urea per hektar dapat meningkatkan produksi sebesar 110,9% dibandingkan tanpa pemupukan N.

Menurut Toyip, 2013 menyatakan bahwa penggunaan media campuran tanah dan arang sekam perbandingan 1:1 dengan penyiraman tiga hari skali tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah ruas batang pada 4 MST dan dapat meningkatkan pertumbuhan akar.

Menurut Irawati, dan Zuchrotus Salamah, 2013 menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman kangkung darat (ipomea reptans, Poir) dengan perlakuan variasi dosis pupuk organik berbahan dasar kotoran kelinci menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Dosis pupuk berbahan dasar kotoran kelinci yang tepat pada pertumbuhan tanaman kangkung darat yaitu 60 g.

Menurut Elvira T. Haruna, Ishak Isa, Nita Suleman, 2013 menyatakan bahwa tanaman kangkung darat (ipomea reptans) merupakan tanaman yang mudah menyerap logam berat Cu dari media tumbuhnya. Konsentrasi logam berat Cu tertinggi pada semua usia panen terletak pada akar, kemudian pada batang setelah itu pada daun kangkung.

Menurut Slamet Supriyadi, 2008 menyatakan bahwa rendahnya kandungan bahan organik disebabkan pengelolaan lahan yang belum berbasis konservasi dengan memanfaatkan potensi sumber bahan organik yang ada. Bahan organik mempunyai peran penting yaitu menentukan kualitas tanah untuk kelestarian produksi pertanian melalui pengaruhnya pada sifat fisika, kimia dan biologi tanah.

Menurut A. H. Syaeful Anwar, 2010 menyatakan bahwa media tanam yang disiram dengan limbah cair kilang minyak laguna PT. Pertamina UP VI Balongan dapat digunakan untuk budidaya kangkung darat karena tidak menurunkan pertumbuhan dan hasil tanaman, varietas yang digunakan tidak memberikan respon yang berbeda terhadap pemberian limbah cair kilang minya laguna, kecuali pada variabel panjang akar terpanjang.

Menurut Orgenes Naa, 2011 menyatakan bahwa pemberian berbagai jenis pupuk organik air (Mamigro, Super Oerstind, Nasa, Bayfolan, dan Seprint) berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan pertumbuhan dan hasil kangkung darat, kecuali tinggi tanaman yang berpengaruh nyata.





BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil pengamatan
3.1.1 Hasil pengukuran pH tanah Pandan, kec. Genteng
No
Nama
Volume
Satuan
1
Berat tanah
100
gram
2
Air
300
mililiter
3
pH
6
-
Tanah pandan yang memiliki berat sebesar 100 gram, yang dicampur dengan air didalam gelas aqua. Kemudian, diaduk dengan menggunakan kayu/tangan. Lalu, didiamkan selama 30 menit. Lalu masukkan kertas lakmus kedalam gelas tersebut. Kertas lakmus digoyang-goyangkan. Kemudian, dicocokan dengan kotak pengukur pH. Tanah Pandan, kec. Genteng  memiliki pH 6, yang berarti pH yang netral. pH ini cocok untuk menanam tanaman kangkung darat. Meskipun, tidak sebaik dengan pH 7.

3.1.2  Hasil pengukuran pH tanah Kedungringin, kec. Bangorejo
No
Nama
Volume
Satuan
1
Berat tanah
100
Gram
2
Air
300
Mililiter
3
pH
6
-
Tanah kedungringin, kec. Bangorejo yang memiliki berat sebesar 100 gram, yang dicampur dengan air didalam gelas aqua. Kemudian, diaduk dengan menggunakan kayu/tangan. Lalu, didiamkan selama 30 menit. Lalu masukkan kertas lakmus kedalam gelas tersebut. Kertas lakmus digoyang-goyangkan. Kemudian, dicocokan dengan kotak pengukur pH. Tanah Kedungringin, kec. Bangorejo  memiliki pH 6, yang berarti pH yang netral. pH ini cocok untuk menanam tanaman kangkung darat. Meskipun, tidak sebaik dengan pH 7.

3.1.3  Lapisan tanah pada tanah Kedungringin, kec. Bangorejo.
No
Nama
Panjang
Satuan
1
Tali atas
20
Centimeter
2
Kotoran
1
Centimeter
3
Air
13
Centimeter
4
Humus
22
Centimeter
5
Unsur hara
9,5
Centimeter
6
Tanah liat dan pasir
25,5
Centimeter
7
Tali bawah
9
Centimeter
Jumlah
100
Centimeter
Lapisan tanah pada tanah Kedungringin, kec. Bangorejo memiliki 5 lapisan yang paling inti. Lapisan pertama adalah kotoran yaitu sebesar 1 cm. Kotoran tersebut terdiri dari ranting-ranting, padi kering dll yang mengapung dipermukaan air. Lapisan kedua adalah air sebesar 13 cm. Lapisan ketiga adalah humus sebesar 22 cm. Lapisan keempat adalah unsur hara sebesar 9,5 cm. Lapisan terakhir adalah tanah liat dan pasir yang bercampur menjadi satu yaitu sebesar 25,5 cm.

3.1.4  Lapisan tanah pada tanah Pandan, kec. Genteng
No
Nama
Panjang
Satuan
1
Tali atas
17,5
Centimeter
2
Kotoran
2
Centimeter
3
Air
11
Centimeter
4
Humus
37
Centimeter
5
Unsur hara
5
Centimeter
6
Tanah liat dan pasir
17,5
Centimeter
7
Tali bawah
10
Centimeter
Jumlah
100
Centimeter
Lapisan tanah pada tanah Pandan, kec. Genteng memiliki 5 lapisan yang paling inti. Lapisan pertama adalah kotoran yaitu sebesar 2 cm. Kotoran tersebut terdiri dari ranting-ranting, padi kering dll yang mengapung dipermukaan air. Lapisan kedua adalah air sebesar 11 cm. Lapisan ketiga adalah humus sebesar 37 cm. Lapisan keempat adalah unsur hara sebesar 5 cm. Lapisan terakhir adalah tanah liat dan pasir yang bercampur menjadi satu yaitu sebesar 17,5 cm.

3.1.5  Hasil pengukuran kangkung tanah Pandan, kec. Genteng
No
Nama
Volume
Satuan
1
Berat kangkung
98,5
Gram
2
Jumlah kangkung
3
Batang
3
Rata-rata
32,8
Gram
Hasil pengukuran kangkung pada tanah Pandan, kec. Genteng yang memiliki berat kangkung sebesar 98,5 gram dan jumlah kangkung yang tumbuh sebanyak 3 batang, memiliki rata-rata sebesar 18,5 gram. 3 batang tersebut memiliki ukuran antara lain: 2 batang memiliki ukuran yang cukup tinggi, sementara 1 batang tersebut berukuran kecil, karena 1 batang tersebut adalah sulaman yang ditanam.

3.1.6  Hasil pengukuran kangkung tanah Kedungringin, kec. Bangorejo
No
Nama
Volume
Satuan
1
Berat kangkung
34,1
Gram
2
Jumlah kangkung
4
Batang
3
Rata-rata
8,55
Gram
Hasil pengukuran kangkung pada tanah Kedungringin, kec.Bangorejo yang memiliki berat kangkung sebesar 34,1 gram dan jumlah kangkung yang tumbuh sebanyak 4 batang, memiliki rata-rata sebesar 8,52 gram. 4 batang tersebut memiliki ukuran antara lain: 3 batang memiliki ukuran yang cukup besar, sementara 1 batang tersebut berukuran kecil, karena 1 batang tersebut merupakan sulaman yang terakhir tumbuh.

3.1.7  Lapisan tanah
Nama Daerah
Air
(cm)
Humus
(cm)
Unsur Hara (cm)
Tanah Liat (cm)
Pasir
(cm)
pH
Jajang Surat
32
19
13
19
6
Purwodadi
4,3
10
12
9
6,5
6
Tegalwero
7,7
10
9
15
6
6
Bangorejo
13
22
9,5
25,5
6
Pandan
11
37
5
17,5
6
Pesanggaran
19
32
10
14
6
Laban Asem
40
7
6
20
6
Sukorejo
17
30
8
23
6
Pengantigan
23
6
13
22
6
Tapan
30
7
9
30
7
Sempu
18
37
-
-
30
7
Pondok Nongko
33
11
10
26
7
Pakis
12
32
12
28
7
Sempu
38
12
6
7
13
6
Glenmore
22
9
10
7
22
6
Songgon
25
16,5
9,5
20,5
7
Benculuk
20
13
10
12
7
Pekulo
40
6
23
8
23
6
Benculuk
40
16
4
11
27,5
7
Wongsorejo
41,5
20
13
13
3
7
Rogojampi
16
28
10
18
6
Srono
30
39
7
18
6
Watukebo
53,5
4
23
9
6
Banyuwangi
29,1
28
14
10
7
Sraten
67
7
9
14
4
6
Sobo
64
7
3
3
21
7
Brobolinggo
68
6,5
7
18
7
7
Kemiren
44
26
9
14
13
7
Plampang
33
15
10
5
4
6
Cluring
32
22
10
19
6
Setiap daerah memiliki lapisan yang berbeda-beda. Hal tersebut, menandakan bahwa kesuburan tanah, kandungan air, humus, unsur hara, tanah liat dan pasir setiap tanah berbeda.
3.2 Pembahasan
Tanaman kangkung merupakan tanaman yang familiar dikalangan masyarakat Indonesia. Beberapa jenis dari kangkung banyak dikonsumsi oleh masyarakat, salah satunya yaitu kangkung darat. Kangkung darat banyak dikonsumsi karena mengandung vitamin A B1 C, fosfor, zat besi, serat, selenium dan rasanya yang gurih. Penelitian kangkung  darat dilakukan dengan mengamati dan mengukur tumbuh kembang tanaman kangkung setiap 2 hari sekali. Selain mengukur tinggi dan jumlah daunnya, tanaman juga dirawat dengan menyiram secara rutin serta menghilangkan hama yang terdapat pada kangkung.

Hama dan penyakit tanaman kangkung antara lain: ulat daun, kerdil, ulat grayak, kutu daun, bekicot, ulat keket. Hama dan penyakit tersebut sering ditemukan pada tanaman kangkung darat, khususnya: kutu daun, bekicot, ulat daun, ulat grayak. Cara mengatasi hal tersebut bisa menggunakan cara alami atau cara ilmiah.

Kondisi tanah sangat menentukan tumbuh kembang tanaman ini. Kandungan zat hara, pH tanah dan kepadatannya adalah hal penting yang memengaruhi tinggi dan jumlah daunnya. Penyiraman rutin dilakukan setiap pagi dan sore hari. Pertumbuhan tanaman kangkung dapat terhambat apabila kekurangan salah satu unsur yang dibutuhkan.

Tanah pada daerah pandan dan kedungringin memiliki pH yang sama yaitu 6. pH ini sangat cocok untuk pertumbuhan kangkung darat, sebab kangkung darat dapat tumbuh pada tanah yang memiliki pH berkisar antara 6-7 (Nazarrudin, 2000).

Lapisan tanah yang dimiliki oleh tanah daerah pandan dan kedungringin memiliki beberapa perbedaan, yaitu: tanah pandan lebih banyak memiliki kotoran dibanding dengan daerah kedungringin, yaitu sebesar 2 cm dan 1 cm. Sedangkan, daerah pandan memiliki kadungan air yang redah dibandingkan dengan tanah kedungringin, yaitu sebesar 11 cm dan 13 cm. Humus yang dimiliki daerah pandan lebih tinggi dibandingkan dengan tanah kedungringin, yairu sebesar 37 cm dan 22 cm. Berarti itu menandakan jika tanah pandan subur dibandingkan tanah kedungringin.

Tanah kedungringin memiliki unsur hara yang tinggi dibandingkan dengan tanah pandan, yaitu sebesar 9,5 cm dan 5 cm. Hal ini, berarti kandungan zat yang dibutuhkan tanaman lebih banyak berada pada tanah kedungringin. Namun, tanah kedungringin banyak mengandung tanah liat dan pasir yang cukup tinggi dibandingkan dengan tanah pandan, yaitu sebesar 25,5 cm dan 12,5 cm. Hal ini, menandakan jika tanah didaerah kedungringin memiliki daya serap air yang cukup tinggi dan tanahnya terlalu padat, sehingga akan mempengaruhi kebutuhan air terhadap tumbuhan kangkung.
Tanaman kangkung yang siap dipanen adalah ketika tanaman kangkung sudah memiliki ciri-ciri: daun berwarna hijau tua dan berusia sekitar 25-27 hari. Pemanenan  dilakukan  dengan  mencabut batang kangkung beserta dengan akarnya. Tujuannya agar batang kangkung tidak mudah layu ketika sdah dipanen. Jika batang kangkung masih segar maka nilai jualnya akan sedikit lebih mahal. Tanaman kangkung dapat dipanen dengan memotong ujung batang, dan setelah itu akan tumbuh tanaman cabang baru. Tapi, kekudan rangan dari kegiatan tersebut, dapat membuat tanaman kangkung cepat layu dan juga dapat mempengaruhi rasanya.

Hasil penimbangan kangkung darat yang sudah dipanen menunjukan rata-rata yang dimiliki oleh tanah dari daerah pandan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah kedungringin, yaitu sebesar 32,8 gram dan 8,55 gram. Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh lapisan-lapisan yang dimiliki oleh setiap tanah. Jadi, bisa disimpulkan jika tanah didaerah pandan, kec. Genteng lebih cocok dan subur untuk menanam kangkung darat dibandingkan dengan daerah kedungiringin, kec. Bangorejo.

Perbedaan lapisan tanah dari setiap daerah berbeda-beda. Kandungan air yang memiliki kandungan yang paling tinggi adalah didaerah Probolinggo sebesar 68 cm, sedangkan kandungan yang teredah didaerah Purwodadi yaitu sebesar 4,3 cm. Hal tersebut, menandakan jika tanah didaerah Probolinggo tidak dapat mennyerap air dengan maksimal, sedangkan didaerah Purwodadi memiliki kemampuan penyerapan air yang baik.

Kandungan humus yang tertinggi didaerah Srono yaitu sebesar 39 cm, sedangkan kandungan yang terendah didaerah watukebo yaitu sebesar 4 cm. Hal tersebut, menandakan jika tanah didaerah Srono memiliki kesuburan yang cukup baik dibandingkan dengan tanah didaerah Watukebo. Kadungan humus ini sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Semakin tinggi kandungan humus yang terkadung didalam sebuah tanah, semakin subur tanah tersebut.

Kadungan hara yang tertinggi didaerah Pekulo dan Watukebo yaitu sebesar 23 cm, sedangkan kandungan terendah didaerah Sobo yaitu sebesar 3 cm. Hal tersebut, menandakan jika tanah didaerah Pekulo dan Watukebo memiliki unsur-unsur yang cukup banyak yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Kandungan tanah liat yang tertinggi didaerah Probolinggo sebesar 18 cm, sedangkan kandunga terendah didaerah Sobo sebesar 3 cm.

Gabungan kandungan hara dan tanah liat yang tertinggi dan terendah ada didaerah Cluring yaitu sebesar 10 cm. Gabungan kandungan tanah liat dan pasir yang tertinggi didaerah Tapan yaitu sebesar 30 cm, sedangkan kandugan terendah didaerah Watukebo yaitu sebesar 9 cm. Hal tersebut, menandakan jika tanah didaerah Tapan memiliki daya serap yang tinggi terhadap air, dibandingka didaerah Watukebo.



BAB IV
KESIMPULAN


4.1 Kesimpulan
Tanaman kangkung merupakan tanaman yang familiar dikalangan masyarakat Indonesia. Khususnya adalah jenis kangkung darat, sebab kangkung ini merupakan jenis kangkung yang sering diolah oleh masyarakat. kangkung darat siap dipanen berkisar antara 25-27 hari setelah penanaman. Jumlah daun kangkung darat akan bertambah berkisar 2-3 hari, sedangkan tinggi kangkung darat per hari berkisar antara 1-2 cm tergantung dari jenis tanah yang digunakan untuk menanamnya.

Kangkung darat tumbuh pada tanah yang memiliki pH netral, yaitu 6-7. Hal ini sesuai dengan pH tanah yang dimiliki oleh tanah daerah Kedungringin, kec. Bangorejo dan Pandan, kec. Genteng, yaitu memiliki pH 6. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman kangkung antara lain: ulat daun, kerdil, ulat grayak, kutu daun, bekicot, ulat keket. Hama dan penyakit tersebut sering ditemukan pada tanaman kangkung darat, khususnya: kutu daun, bekicot, ulat daun, ulat grayak.

Tanah yang digunakan untuk menanam kangkung darat memiliki 5 lapisan tanah. Lapisan tersebut antara lain: kotoran, air, humus, unsur hara, tanah liat dan pasir yang memiliki volume yang berbeda-beda setiap jenis tanah. Tanah kedungringin memiliki volume lapisan tanah, antara lain: kotoran sebesar 1 cm ,air sebesar 13 cm, humus sebesar 22 cm, unsur hara sebesar 9,5 cm, dan tanah liat dan pasir sebesar 25,5 cm, sedangkan tanah Pandan, antara lain: kotoran sebesar 2cm,air sebesar 11cm, humus sebesar 37cm , unsur hara sebesar 5 cm, dan tanah liat dan pasir sebesar 17,5 cm.

Kandungan lapisan yang tertinggi disetiap daerah antara lain: kandungan air didaerah Probolinggo, kandungan humus didaerah Srono, kandungan hara didaerah Watukebo dan Pekulo, kandungan tanah liat didaerah Probolinggo, kandungan pasir didaerah Sempu, gabungan kandungan hara dan tanah liat didaerah Cluring, gabungan kandungan tanah liat dan pasir didaerah Tapan. Sedangkan, kandungan lapisan terendah disetiap daerah anatara lain: kandungan air didaerah Purwodadi, kandungan humus didaerah Watukebo, kandungan hara didaerah Sobo, kandungan tanah liat didaerah Sobo, kandungan pasir didaerah Wongsorejo, gabungan kandungan hara dan tanah liat didaerah Cluring, gabungan kandungan tanah liat dan pasir didaerah Watukebo.




DAFTAR PUSTAKA


Adnan Adyan, Aslim Rasyad dan Armaini. 2009. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kangkung Darat (Ipomea Reptans Poir) Diberi Trichompos Jerami Padi. Department of Agrotecnology, Agriculture Faculty, University of Riau.

Anwar, A. H. Syaeful. 2010. Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Kangkung Darat Pada Media yang Diberi Limbah Cair Kilang Minyak PT. Pertamina UP VI Balongan. Agrista. Vol. 14, No. 2, Hal: 39-43.

Budiono, Rohmad. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan N Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kangkung Darat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Timur.

Cahyono, B. 2003. Teknik dan Startegi Budidaya Sawi Hijau. Yayasan Pustaka Nusantara. Semarang

Elfina, Y, A. Rasyad, Agus Salim, Jefri Efendi dan Efita Rahmi. 2011. Penggunaan Agens Hayati Trichoderma Lokal Riau Sebagai Biofertilizer dan Biopestisida dalam PHT untuk Mengendalikan Penyakit dan Meningkatkan Produksi Padi Laporan Penelitian. Universitas Riau dan Litbang Pertanian.

Haruna, Elvira T, Ishak Isa dan Nita Suleman. 2013. Fitoremendiasi pada Media Tanah yang Mengandung Cu Dengan Tanaman Kangkung Darat. Universitas Negeri Gorontalo.

Irawati, dan Zuchrotus Salamah. 2013. Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat (ipomea Reptans Poir) Dengan Pemberian Pupuk Organik Berbahan Dasar Kotoran Kelinci. Jurnal Biodukatika. Vol. 01, No. 01, Hal: 1-96.

Naa, Orgenes. 2011. Pertumbuhan dan Hasil Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir) Akibat Pemberian Berbagai Jenis Pupuk Organik Cair. Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian. Universitas Negeri Papua: Manokwari.

Oka, Anak Agung. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir). Jurnal Sains MIPA. Vol. 13. Hal: 26-28.

Perdana, Bahrush Shofwan K, dan Sisca Fajriani. 2014. Pengaruh Aplikasi Biostimulator dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kangkung Darat. Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 2, No. 6, Hal: 474-483.

Supriyadi, Slamet. 2008. Kandungan Bahan Organik Sebagai Dasar Pengelolaan Tanah Dilahan Kering Madura. Embryo. Vol. 05, No. 02, Hal: 176-183.

Toyip. 2013. Respon Pertumbuhan Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans Poir) Terhadap Berbagai Interval Penyiraman dan Dosis Pemupukan NPK Pada Media Tanah + Arang Sekam (1+1). Jurnal Agropet. Vol. 10, No.2, Hal: 7-16.



LAMPIRAN


Gambar 1. Proses penyiapan media tanam kangkung darat
IMG_20151120_091759.jpg
Gambar 2. Proses penanaman kangkung darat
IMG_20151120_092118.jpg
Gambar 3. Tumbuhan kangkung yang mulai tumbuh
IMG_20151130_170937.jpg
Gambar 4. Tumbuhan kangkung yang berumur 14 hari
IMG_20151211_091030.jpg
Gambar 5. Tanaman kangkung kelompok lain yang terserang hama
IMG_20151211_090752.jpg
Gambar 6. Proses pemanenan kangkung darat
IMG_20151218_072154.jpg

Gambar 7. Proses pemanenan kangkung darat
IMG_20151218_072356.jpg

Gambar 8. Penimbangan tanah sampel polibag
20160112_091047.jpg
Gambar 9. Pengujian lapisan tanah

IMG_20160112_102007.jpg
Gambar 10. Proses pengukuran lapisan air
IMG_20160112_103640.jpg
Gambar 11. Proses pengukuran lapisan humus
IMG_20160112_103938.jpg
Gambar 12. Pengukuran pH Tanah

IMG_20160112_104941.jpg

Gambar 13. Hasil uji pH tanah
IMG_20160112_105023.jpg

Gambar 14. Pengujian pH yang diuji
IMG_20160112_105042.jpg

0 Response to "Laporan pengujian pH tanah dan Lapisan Tanah untuk tanaman kangkung darat"