LAPORAN
PRAKTIKUM
PENGUJIAN
pH TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN KANGKUNG DARAT
Oleh:
Danang
Kurniawan (361541311065)
Imam
Imroni (361541311063)
Elsa
Ida Fatmala (361541311060)
Eni
Anggraini (361541311043)
Erlyn
Ayu Ningtyas (361541311046)
Sofiatul
Hanifah (361541311053)
Zamrudatul
Fitriani (361541311044)
POLITEKNIK
NEGERI BANYUWANGI
D-IV
AGRIBISNIS
2015-2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Kangkung termasuk sayuran yang populer dan digemari
masyarakat Indonesia. Tanaman kangkung berasal dari India sekitar 500 SM, yang
kemudian menyebar ke Malaysia, Birma, Indonesia, China Selatan, Australia dan
Afrika. Nama latin kangkung adalah Ipomea
Repthans. DiIndonesia kangkung memiliki nama daerah yaitu kangkueng
(Sumatra), Kangko (Sulawesi), dan Utangko (Maluku).
Kangkung darat adalah tanaman kangkung yang dapat ditanam
didarat yang memiliki kandungan air yang tidak terlalu tinggi. Perbedaan
kangkung darat dengan kangkung yang lainnya adalah pada bentuk daun dan warna
bunganya. Kangkung darat dipanen dengan cara dicabut dan dipotong ujung batang,
agar pada saat pemanen dapat dilakuka secara bertahap dari panen sebelumnya.
Budidaya kangkung darat dapat dilakukan baik didataran
rendah maupun dataran tinggi. Agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik,
budidaya kangkung darat harus mendapatkan curah hujan dan sinar matahari yang
cukup. Kangkung dapat menghendaki tanah yang subur yang memiliki pH netral yakni
kisaran 6-7. Jika pada tanah asam kangkung sukar tumbuh maka diperlukan penambahan
zat kapur untuk menetralkannya.
1.2 Rumusan
Masalah
·
Berapa
jumlah daun dan tinggi kangkung darat per hari?
·
Berapa
pH yang cocok untuk menanam kangkung darat?
·
Hama
apa yang menyerang tanaman kangkung darat?
·
Berapa
jumlah lapisan tanah masing-masing sempel tanah?
·
Lapisan
apa saja yang terdapat pada masing-masing sempel tanah?
·
Apakah
perbedaan volume lapisan tanah disetiap daerah yang berbeda?
1.3
Tujuan
·
Mengetahui
berapa lama kangkung darat bisa dipanen.
·
Mengetahui
berapa jumlah daun dan tinggi kangkung darat per hari.
·
Mengetahui
berapa pH yang cocok untuk menanam kangkung darat.
·
Mengetahui
hama apa yang menyerang tanaman kangkung darat.
·
Mengetahui
berapa jumlah lapisan tanah masing-masing sempel tanah.
·
Mengetahui
lapisan apa saja yang terdapat pada masing-masing sempel tanah.
·
Mengetahui
perbedaan volume lapisan tanah disetiap daerah yang berbeda.
1.4
Tempat dan waktu
Tempat sempel tanah : - Desa Pandan, kec. Genteng
- Desa Kedungringin, Kec. Bangorejo
Tempat penanaman : Lahan belakang POLIWANGI
Waktu penyiraman : - Pagi : 07.00 – 07.30 WIB
- Sore : 16.30 – 17.00 WIB
Waktu prapanen – pascapanen : 25 hari (20/11/2015-19/12/2015)
Waktu pengujian pH : Selasa, 12 Januari 2016
Waktu pengujian lapisan tanah : Selasa, 12 Januari 2016
1.5 Alat dan
bahan
1.5.1
Alat
· Pollybag
· Penggaris
· Botol bekas
· Kertas lakmus
· Gelas bekas
· Plastik es
· Kertas
· Alat ukur pH
· Timbangan digital
1.5.2
Bahan
· Sampel tanah dari 2 tempat
-
Kedungringin,
Kec. Bangorejo
-
Pandan,
Kec. Genteng
· Air
· Sekam/jerami
· Benih kangkung
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Menurut Anak Agung Oka, 2007
menyatakan bahwa pemberian kascing sebagai pupuk organik dapat memperbaiki
struktur tanah dan dapat mempertahankan kestabilan dan aerasi tanah. Selain
mengandung unsur hara utama (N, P, K, Mg dan Ca), kascing juga banyak
mengandung mikroba Azotobacter sp, dengan
demikian kascing dapat mengingkatkan kesuburan tanah. pemberian pupuk Kascing
dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung darat meliputi tinggi, berat
basah, berat kering.
Menurut Elfina, Y, A, Rasyad, Agus
salim, dkk, 2011 menyatakan bahwa Trichokompas jerami padi mengandung nutrisi
tanaman yang cukup beragam antara lain 0,54-0,74% nitrogen, 0,30-0,49% fosfor
dan 0,93-1,11% kalim. Trichikompas jerami padi mudah diaplikasikan, harganya
murah, tidak menghasilkan racun (toksin) dan ramah terhadap lingkungan.
Menurut Adyan Adnan, Aslim Rasyad
dan Armaini, 2009 menyatakan bahwa pemberian pupuk trichokompos jerami padi
dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung terutama tinggi tanaman, jumlah
daun dan berat segar, sedangkan pada parameter luas daun dan ratio tajuk akar
tidak memperlihatkan peningkatan pertumbuhan yang signifikan dengan pemberian
trichokompos jerami padi.
Menurut Cahyono, 2003 menyatakan
bahwa tanaman kangkung merupakan tanaman semusim yang pertumbuhannya sangat
tanggap pemberian pupuk.
Menurut Bahrush Shofwan K. P, dan
Sisca Fajriani, 2014 menyatakan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara
perlakuan konsentrasi biostimulator dan jarak tanam pada parameter pengamatan
pangan yaitu BKTT/ Plot konsentrasi 30 ml/l + jarak tanah 15X15 cm (K3J1) yaitu
sebesar 715,87 g.
Menurut Rohmad Budiono, 2007
menyatakan bahwa pupuk N (Urea) berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
kangkung darat. Dosis pupuk organik 20 ton per hektar tidak dapat mensubtitusi
kebutuhan N untuk pertumbuhan tanaman kangkung. Pemupukan 100 kg Urea per
hektar dapat meningkatkan produksi sebesar 110,9% dibandingkan tanpa pemupukan
N.
Menurut Toyip, 2013 menyatakan bahwa
penggunaan media campuran tanah dan arang sekam perbandingan 1:1 dengan
penyiraman tiga hari skali tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah ruas batang
pada 4 MST dan dapat meningkatkan pertumbuhan akar.
Menurut Irawati, dan Zuchrotus
Salamah, 2013 menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman kangkung darat (ipomea reptans, Poir) dengan perlakuan
variasi dosis pupuk organik berbahan dasar kotoran kelinci menunjukkan hasil
yang berbeda-beda. Dosis pupuk berbahan dasar kotoran kelinci yang tepat pada
pertumbuhan tanaman kangkung darat yaitu 60 g.
Menurut Elvira T. Haruna, Ishak Isa,
Nita Suleman, 2013 menyatakan bahwa tanaman kangkung darat (ipomea reptans) merupakan tanaman yang
mudah menyerap logam berat Cu dari media tumbuhnya. Konsentrasi logam berat Cu
tertinggi pada semua usia panen terletak pada akar, kemudian pada batang
setelah itu pada daun kangkung.
Menurut Slamet Supriyadi, 2008
menyatakan bahwa rendahnya kandungan bahan organik disebabkan pengelolaan lahan
yang belum berbasis konservasi dengan memanfaatkan potensi sumber bahan organik
yang ada. Bahan organik mempunyai peran penting yaitu menentukan kualitas tanah
untuk kelestarian produksi pertanian melalui pengaruhnya pada sifat fisika,
kimia dan biologi tanah.
Menurut A. H. Syaeful Anwar, 2010
menyatakan bahwa media tanam yang disiram dengan limbah cair kilang minyak
laguna PT. Pertamina UP VI Balongan dapat digunakan untuk budidaya kangkung
darat karena tidak menurunkan pertumbuhan dan hasil tanaman, varietas yang digunakan
tidak memberikan respon yang berbeda terhadap pemberian limbah cair kilang
minya laguna, kecuali pada variabel panjang akar terpanjang.
Menurut Orgenes Naa, 2011 menyatakan
bahwa pemberian berbagai jenis pupuk organik air (Mamigro, Super Oerstind,
Nasa, Bayfolan, dan Seprint) berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan dan hasil kangkung darat, kecuali tinggi tanaman yang berpengaruh
nyata.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil pengamatan
3.1.1
Hasil pengukuran pH tanah Pandan, kec. Genteng
No
|
Nama
|
Volume
|
Satuan
|
1
|
Berat tanah
|
100
|
gram
|
2
|
Air
|
300
|
mililiter
|
3
|
pH
|
6
|
-
|
Tanah pandan yang memiliki berat
sebesar 100 gram, yang dicampur dengan air didalam gelas aqua. Kemudian, diaduk
dengan menggunakan kayu/tangan. Lalu, didiamkan selama 30 menit. Lalu masukkan
kertas lakmus kedalam gelas tersebut. Kertas lakmus digoyang-goyangkan.
Kemudian, dicocokan dengan kotak pengukur pH. Tanah Pandan, kec. Genteng memiliki pH 6, yang berarti pH yang netral.
pH ini cocok untuk menanam tanaman kangkung darat. Meskipun, tidak sebaik
dengan pH 7.
3.1.2
Hasil pengukuran pH tanah
Kedungringin, kec. Bangorejo
No
|
Nama
|
Volume
|
Satuan
|
1
|
Berat tanah
|
100
|
Gram
|
2
|
Air
|
300
|
Mililiter
|
3
|
pH
|
6
|
-
|
Tanah kedungringin, kec. Bangorejo
yang memiliki berat sebesar 100 gram, yang dicampur dengan air didalam gelas
aqua. Kemudian, diaduk dengan menggunakan kayu/tangan. Lalu, didiamkan selama
30 menit. Lalu masukkan kertas lakmus kedalam gelas tersebut. Kertas lakmus
digoyang-goyangkan. Kemudian, dicocokan dengan kotak pengukur pH. Tanah
Kedungringin, kec. Bangorejo memiliki pH
6, yang berarti pH yang netral. pH ini cocok untuk menanam tanaman kangkung
darat. Meskipun, tidak sebaik dengan pH 7.
3.1.3 Lapisan tanah pada tanah Kedungringin, kec.
Bangorejo.
No
|
Nama
|
Panjang
|
Satuan
|
1
|
Tali atas
|
20
|
Centimeter
|
2
|
Kotoran
|
1
|
Centimeter
|
3
|
Air
|
13
|
Centimeter
|
4
|
Humus
|
22
|
Centimeter
|
5
|
Unsur hara
|
9,5
|
Centimeter
|
6
|
Tanah liat dan pasir
|
25,5
|
Centimeter
|
7
|
Tali bawah
|
9
|
Centimeter
|
Jumlah
|
100
|
Centimeter
|
Lapisan tanah pada tanah
Kedungringin, kec. Bangorejo memiliki 5 lapisan yang paling inti. Lapisan
pertama adalah kotoran yaitu sebesar 1 cm. Kotoran tersebut terdiri dari
ranting-ranting, padi kering dll yang mengapung dipermukaan air. Lapisan kedua
adalah air sebesar 13 cm. Lapisan ketiga adalah humus sebesar 22 cm. Lapisan
keempat adalah unsur hara sebesar 9,5 cm. Lapisan terakhir adalah tanah liat
dan pasir yang bercampur menjadi satu yaitu sebesar 25,5 cm.
3.1.4 Lapisan tanah pada tanah Pandan, kec.
Genteng
No
|
Nama
|
Panjang
|
Satuan
|
1
|
Tali atas
|
17,5
|
Centimeter
|
2
|
Kotoran
|
2
|
Centimeter
|
3
|
Air
|
11
|
Centimeter
|
4
|
Humus
|
37
|
Centimeter
|
5
|
Unsur hara
|
5
|
Centimeter
|
6
|
Tanah liat dan pasir
|
17,5
|
Centimeter
|
7
|
Tali bawah
|
10
|
Centimeter
|
Jumlah
|
100
|
Centimeter
|
Lapisan tanah pada tanah Pandan,
kec. Genteng memiliki 5 lapisan yang paling inti. Lapisan pertama adalah
kotoran yaitu sebesar 2 cm. Kotoran tersebut terdiri dari ranting-ranting, padi
kering dll yang mengapung dipermukaan air. Lapisan kedua adalah air sebesar 11
cm. Lapisan ketiga adalah humus sebesar 37 cm. Lapisan keempat adalah unsur
hara sebesar 5 cm. Lapisan terakhir adalah tanah liat dan pasir yang bercampur
menjadi satu yaitu sebesar 17,5 cm.
3.1.5 Hasil pengukuran kangkung tanah Pandan, kec. Genteng
No
|
Nama
|
Volume
|
Satuan
|
1
|
Berat kangkung
|
98,5
|
Gram
|
2
|
Jumlah kangkung
|
3
|
Batang
|
3
|
Rata-rata
|
32,8
|
Gram
|
Hasil pengukuran kangkung pada tanah Pandan, kec. Genteng yang
memiliki
berat kangkung sebesar 98,5 gram dan jumlah kangkung
yang tumbuh
sebanyak 3 batang, memiliki rata-rata
sebesar 18,5 gram. 3 batang tersebut memiliki ukuran antara lain: 2 batang memiliki ukuran yang
cukup
tinggi, sementara 1 batang tersebut berukuran kecil,
karena 1 batang
tersebut adalah sulaman yang ditanam.
3.1.6 Hasil pengukuran kangkung tanah
Kedungringin, kec. Bangorejo
No
|
Nama
|
Volume
|
Satuan
|
1
|
Berat kangkung
|
34,1
|
Gram
|
2
|
Jumlah kangkung
|
4
|
Batang
|
3
|
Rata-rata
|
8,55
|
Gram
|
Hasil pengukuran kangkung pada tanah Kedungringin,
kec.Bangorejo yang memiliki berat kangkung sebesar 34,1 gram dan jumlah kangkung yang tumbuh sebanyak 4
batang, memiliki rata-rata sebesar 8,52 gram. 4 batang tersebut memiliki ukuran antara lain:
3
batang memiliki ukuran yang
cukup
besar, sementara 1 batang tersebut berukuran kecil,
karena
1 batang tersebut merupakan sulaman yang
terakhir
tumbuh.
3.1.7
Lapisan tanah
Nama Daerah
|
Air
(cm)
|
Humus
(cm)
|
Unsur Hara (cm)
|
Tanah Liat (cm)
|
Pasir
(cm)
|
pH
|
Jajang Surat
|
32
|
19
|
13
|
19
|
6
|
|
Purwodadi
|
4,3
|
10
|
12
|
9
|
6,5
|
6
|
Tegalwero
|
7,7
|
10
|
9
|
15
|
6
|
6
|
Bangorejo
|
13
|
22
|
9,5
|
25,5
|
6
|
|
Pandan
|
11
|
37
|
5
|
17,5
|
6
|
|
Pesanggaran
|
19
|
32
|
10
|
14
|
6
|
|
Laban Asem
|
40
|
7
|
6
|
20
|
6
|
|
Sukorejo
|
17
|
30
|
8
|
23
|
6
|
|
Pengantigan
|
23
|
6
|
13
|
22
|
6
|
|
Tapan
|
30
|
7
|
9
|
30
|
7
|
|
Sempu
|
18
|
37
|
-
|
-
|
30
|
7
|
Pondok Nongko
|
33
|
11
|
10
|
26
|
7
|
|
Pakis
|
12
|
32
|
12
|
28
|
7
|
|
Sempu
|
38
|
12
|
6
|
7
|
13
|
6
|
Glenmore
|
22
|
9
|
10
|
7
|
22
|
6
|
Songgon
|
25
|
16,5
|
9,5
|
20,5
|
7
|
|
Benculuk
|
20
|
13
|
10
|
12
|
7
|
|
Pekulo
|
40
|
6
|
23
|
8
|
23
|
6
|
Benculuk
|
40
|
16
|
4
|
11
|
27,5
|
7
|
Wongsorejo
|
41,5
|
20
|
13
|
13
|
3
|
7
|
Rogojampi
|
16
|
28
|
10
|
18
|
6
|
|
Srono
|
30
|
39
|
7
|
18
|
6
|
|
Watukebo
|
53,5
|
4
|
23
|
9
|
6
|
|
Banyuwangi
|
29,1
|
28
|
14
|
10
|
7
|
|
Sraten
|
67
|
7
|
9
|
14
|
4
|
6
|
Sobo
|
64
|
7
|
3
|
3
|
21
|
7
|
Brobolinggo
|
68
|
6,5
|
7
|
18
|
7
|
7
|
Kemiren
|
44
|
26
|
9
|
14
|
13
|
7
|
Plampang
|
33
|
15
|
10
|
5
|
4
|
6
|
Cluring
|
32
|
22
|
10
|
19
|
6
|
Setiap daerah memiliki lapisan yang berbeda-beda.
Hal tersebut, menandakan bahwa kesuburan tanah, kandungan air, humus, unsur
hara, tanah liat dan pasir setiap tanah berbeda.
3.2 Pembahasan
Tanaman kangkung merupakan tanaman yang
familiar dikalangan
masyarakat Indonesia. Beberapa jenis dari kangkung banyak dikonsumsi oleh masyarakat,
salah
satunya yaitu kangkung darat. Kangkung darat banyak dikonsumsi karena mengandung
vitamin A B1 C, fosfor,
zat
besi, serat, selenium dan rasanya yang
gurih.
Penelitian kangkung
darat dilakukan dengan mengamati dan mengukur tumbuh kembang tanaman kangkung setiap 2
hari
sekali. Selain mengukur tinggi dan jumlah daunnya, tanaman juga dirawat dengan menyiram secara rutin serta menghilangkan hama yang
terdapat
pada kangkung.
Hama dan penyakit tanaman kangkung
antara lain: ulat daun, kerdil, ulat grayak, kutu daun, bekicot, ulat keket.
Hama dan penyakit tersebut sering ditemukan pada tanaman kangkung darat,
khususnya: kutu daun, bekicot, ulat daun, ulat grayak. Cara mengatasi hal tersebut
bisa menggunakan cara alami atau cara ilmiah.
Kondisi tanah sangat menentukan tumbuh kembang tanaman ini. Kandungan zat hara, pH
tanah
dan kepadatannya adalah hal penting yang
memengaruhi
tinggi dan jumlah daunnya. Penyiraman rutin dilakukan setiap pagi dan sore
hari.
Pertumbuhan tanaman kangkung dapat terhambat apabila kekurangan salah satu unsur yang
dibutuhkan.
Tanah pada daerah pandan dan
kedungringin memiliki pH yang sama yaitu 6. pH ini sangat cocok untuk
pertumbuhan kangkung darat, sebab kangkung darat dapat tumbuh pada tanah yang
memiliki pH berkisar antara 6-7 (Nazarrudin, 2000).
Lapisan tanah yang dimiliki oleh
tanah daerah pandan dan kedungringin memiliki beberapa perbedaan, yaitu: tanah
pandan lebih banyak memiliki kotoran dibanding dengan daerah kedungringin,
yaitu sebesar 2 cm dan 1 cm. Sedangkan, daerah pandan memiliki kadungan air
yang redah dibandingkan dengan tanah kedungringin, yaitu sebesar 11 cm dan 13
cm. Humus yang dimiliki daerah pandan lebih tinggi dibandingkan dengan tanah
kedungringin, yairu sebesar 37 cm dan 22 cm. Berarti itu menandakan jika tanah
pandan subur dibandingkan tanah kedungringin.
Tanah kedungringin memiliki unsur
hara yang tinggi dibandingkan dengan tanah pandan, yaitu sebesar 9,5 cm dan 5
cm. Hal ini, berarti kandungan zat yang dibutuhkan tanaman lebih banyak berada
pada tanah kedungringin. Namun, tanah kedungringin banyak mengandung tanah liat
dan pasir yang cukup tinggi dibandingkan dengan tanah pandan, yaitu sebesar
25,5 cm dan 12,5 cm. Hal ini, menandakan jika tanah didaerah kedungringin memiliki
daya serap air yang cukup tinggi dan tanahnya terlalu padat, sehingga akan
mempengaruhi kebutuhan air terhadap tumbuhan kangkung.
Tanaman kangkung yang siap dipanen
adalah ketika tanaman kangkung sudah memiliki ciri-ciri: daun berwarna hijau
tua dan berusia sekitar 25-27 hari. Pemanenan
dilakukan dengan mencabut batang kangkung beserta dengan
akarnya. Tujuannya agar batang kangkung tidak mudah layu ketika sdah dipanen.
Jika batang kangkung masih segar maka nilai jualnya akan sedikit lebih mahal. Tanaman
kangkung dapat dipanen dengan memotong ujung batang, dan setelah itu akan
tumbuh tanaman cabang baru. Tapi, kekudan rangan dari kegiatan tersebut, dapat
membuat tanaman kangkung cepat layu dan juga dapat mempengaruhi rasanya.
Hasil penimbangan kangkung darat
yang sudah dipanen menunjukan rata-rata yang dimiliki oleh tanah dari daerah
pandan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah kedungringin, yaitu sebesar 32,8
gram dan 8,55 gram. Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh lapisan-lapisan yang
dimiliki oleh setiap tanah. Jadi, bisa disimpulkan jika tanah didaerah pandan,
kec. Genteng lebih cocok dan subur untuk menanam kangkung darat dibandingkan
dengan daerah kedungiringin, kec. Bangorejo.
Perbedaan lapisan tanah dari setiap
daerah berbeda-beda. Kandungan air yang memiliki kandungan yang paling tinggi
adalah didaerah Probolinggo sebesar 68 cm, sedangkan kandungan yang teredah
didaerah Purwodadi yaitu sebesar 4,3 cm. Hal tersebut, menandakan jika tanah
didaerah Probolinggo tidak dapat mennyerap air dengan maksimal, sedangkan
didaerah Purwodadi memiliki kemampuan penyerapan air yang baik.
Kandungan humus yang tertinggi
didaerah Srono yaitu sebesar 39 cm, sedangkan kandungan yang terendah didaerah
watukebo yaitu sebesar 4 cm. Hal tersebut, menandakan jika tanah didaerah Srono
memiliki kesuburan yang cukup baik dibandingkan dengan tanah didaerah Watukebo.
Kadungan humus ini sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Semakin tinggi
kandungan humus yang terkadung didalam sebuah tanah, semakin subur tanah
tersebut.
Kadungan hara yang tertinggi
didaerah Pekulo dan Watukebo yaitu sebesar 23 cm, sedangkan kandungan terendah
didaerah Sobo yaitu sebesar 3 cm. Hal tersebut, menandakan jika tanah didaerah
Pekulo dan Watukebo memiliki unsur-unsur yang cukup banyak yang dibutuhkan oleh
tumbuhan. Kandungan tanah liat yang tertinggi didaerah Probolinggo sebesar 18
cm, sedangkan kandunga terendah didaerah Sobo sebesar 3 cm.
Gabungan kandungan hara dan tanah
liat yang tertinggi dan terendah ada didaerah Cluring yaitu sebesar 10 cm.
Gabungan kandungan tanah liat dan pasir yang tertinggi didaerah Tapan yaitu
sebesar 30 cm, sedangkan kandugan terendah didaerah Watukebo yaitu sebesar 9
cm. Hal tersebut, menandakan jika tanah didaerah Tapan memiliki daya serap yang
tinggi terhadap air, dibandingka didaerah Watukebo.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Tanaman kangkung merupakan tanaman
yang familiar dikalangan masyarakat Indonesia. Khususnya adalah jenis kangkung
darat, sebab kangkung ini merupakan jenis kangkung yang sering diolah oleh
masyarakat. kangkung darat siap dipanen berkisar antara 25-27 hari setelah
penanaman. Jumlah daun kangkung darat akan bertambah berkisar 2-3 hari,
sedangkan tinggi kangkung darat per hari berkisar antara 1-2 cm tergantung dari
jenis tanah yang digunakan untuk menanamnya.
Kangkung darat tumbuh pada tanah
yang memiliki pH netral, yaitu 6-7. Hal ini sesuai dengan pH tanah yang
dimiliki oleh tanah daerah Kedungringin, kec. Bangorejo dan Pandan, kec.
Genteng, yaitu memiliki pH 6. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman kangkung
antara lain: ulat daun, kerdil, ulat grayak, kutu daun, bekicot, ulat keket.
Hama dan penyakit tersebut sering ditemukan pada tanaman kangkung darat,
khususnya: kutu daun, bekicot, ulat daun, ulat grayak.
Tanah yang digunakan untuk menanam
kangkung darat memiliki 5 lapisan tanah. Lapisan tersebut antara lain: kotoran,
air, humus, unsur hara, tanah liat dan pasir yang memiliki volume yang
berbeda-beda setiap jenis tanah. Tanah kedungringin memiliki volume lapisan
tanah, antara lain: kotoran sebesar 1 cm ,air sebesar 13 cm, humus sebesar 22
cm, unsur hara sebesar 9,5 cm, dan tanah liat dan pasir sebesar 25,5 cm,
sedangkan tanah Pandan, antara lain: kotoran sebesar 2cm,air sebesar 11cm,
humus sebesar 37cm , unsur hara sebesar 5 cm, dan tanah liat dan pasir sebesar
17,5 cm.
Kandungan lapisan yang tertinggi
disetiap daerah antara lain: kandungan air didaerah Probolinggo, kandungan
humus didaerah Srono, kandungan hara didaerah Watukebo dan Pekulo, kandungan
tanah liat didaerah Probolinggo, kandungan pasir didaerah Sempu, gabungan
kandungan hara dan tanah liat didaerah Cluring, gabungan kandungan tanah liat
dan pasir didaerah Tapan. Sedangkan, kandungan lapisan terendah disetiap daerah
anatara lain: kandungan air didaerah Purwodadi, kandungan humus didaerah
Watukebo, kandungan hara didaerah Sobo, kandungan tanah liat didaerah Sobo,
kandungan pasir didaerah Wongsorejo, gabungan kandungan hara dan tanah liat
didaerah Cluring, gabungan kandungan tanah liat dan pasir didaerah Watukebo.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan Adyan, Aslim Rasyad dan
Armaini. 2009. Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Kangkung Darat (Ipomea Reptans Poir) Diberi Trichompos Jerami Padi.
Department of Agrotecnology, Agriculture Faculty, University of Riau.
Anwar, A. H. Syaeful. 2010.
Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Kangkung Darat Pada Media yang Diberi Limbah
Cair Kilang Minyak PT. Pertamina UP VI Balongan. Agrista. Vol. 14, No. 2, Hal: 39-43.
Budiono, Rohmad. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan N Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kangkung Darat. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian. Jawa Timur.
Cahyono, B. 2003. Teknik dan Startegi Budidaya Sawi Hijau.
Yayasan Pustaka Nusantara. Semarang
Elfina, Y, A. Rasyad, Agus Salim,
Jefri Efendi dan Efita Rahmi. 2011. Penggunaan
Agens Hayati Trichoderma Lokal Riau Sebagai Biofertilizer dan Biopestisida
dalam PHT untuk Mengendalikan Penyakit dan Meningkatkan Produksi Padi Laporan
Penelitian. Universitas Riau dan Litbang Pertanian.
Haruna, Elvira T, Ishak Isa dan Nita
Suleman. 2013. Fitoremendiasi pada Media
Tanah yang Mengandung Cu Dengan Tanaman Kangkung Darat. Universitas Negeri
Gorontalo.
Irawati, dan Zuchrotus Salamah.
2013. Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat (ipomea
Reptans Poir) Dengan Pemberian Pupuk Organik Berbahan Dasar Kotoran
Kelinci. Jurnal Biodukatika. Vol. 01,
No. 01, Hal: 1-96.
Naa, Orgenes. 2011. Pertumbuhan dan
Hasil Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir)
Akibat Pemberian Berbagai Jenis Pupuk Organik Cair. Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian. Universitas Negeri Papua:
Manokwari.
Oka, Anak Agung. 2007. Pengaruh
Pemberian Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir). Jurnal Sains MIPA. Vol. 13. Hal: 26-28.
Perdana, Bahrush Shofwan K, dan
Sisca Fajriani. 2014. Pengaruh Aplikasi Biostimulator dan Jarak Tanam Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kangkung Darat. Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 2, No. 6, Hal: 474-483.
Supriyadi, Slamet. 2008. Kandungan
Bahan Organik Sebagai Dasar Pengelolaan Tanah Dilahan Kering Madura. Embryo. Vol. 05, No. 02, Hal: 176-183.
Toyip. 2013. Respon Pertumbuhan
Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans Poir)
Terhadap Berbagai Interval Penyiraman dan Dosis Pemupukan NPK Pada Media Tanah
+ Arang Sekam (1+1). Jurnal Agropet. Vol. 10, No.2, Hal: 7-16.
LAMPIRAN
Gambar
1. Proses penyiapan media tanam kangkung darat
![]() |
Gambar
2. Proses penanaman kangkung darat
![]() |
Gambar
3. Tumbuhan kangkung yang mulai tumbuh
![]() |
Gambar
4. Tumbuhan kangkung yang berumur 14 hari
![]() |
Gambar
5. Tanaman kangkung kelompok lain yang terserang hama
![]() |
Gambar
6. Proses pemanenan kangkung darat
![]() |
Gambar
7. Proses pemanenan kangkung darat
![]() |
Gambar
8. Penimbangan tanah sampel polibag
![]() |
Gambar
9. Pengujian lapisan tanah
![]() |
Gambar
10. Proses pengukuran lapisan air
![]() |
Gambar
11. Proses pengukuran lapisan humus
![]() |
Gambar
12. Pengukuran pH Tanah
![]() |
Gambar
13. Hasil uji pH tanah
![]() |
Gambar
14. Pengujian pH yang diuji
![]() |
0 Response to "Laporan pengujian pH tanah dan Lapisan Tanah untuk tanaman kangkung darat"
Posting Komentar