Laporan Praktikum Pembuatan Pupuk Bokashi Kotoran Sapi, Jerami dan Sayuran Busuk | Kesuburan Tanah



LAPORAN PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH
PEMBUATAN PUPUK BOKASHI











Nama kelompok:
Imam Imroni                           (361541311063)
Eny Anggraini                         (361541311007)
Yenita Ayu                             (361541311062)
M. Ricky Jaya Santosa            (361541311064)
Eka Nur Ainiyah                     (361541311057)








KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
D-IV AGRIBISNIS
2016



BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar belakang
Pupuk merupakan bagian penting dari pertanian. Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan oleh tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Berbagai macam pupuk telah dikenal oleh masyarakat seperti pupuk kompos, pupuk organik, pupuk kandang, pupuk kimia, pupuk bokasi dan pupuk lainnya.
Pupuk bokashi adalah sebuah metode pengomposan yang dapat menggunakan starter aerobik maupun anaerobik untuk mengkomposkan bahan organik, biasanya berupa campuran molasses, air, starter mikro organisme dan sekam padi. Pupuk organik ini pertama kali dipopulerkan di Negara Jepang, dan banyak diterapkan di negara – negara lainnya termasuk Indonesia karena kecepatan dalam kematangan fermentasi yang sangat unggul. Pembuatan pupuk bokashi biasanya berbahan dasar sampah organik, kotoran ternak maupun jerami.
Pupuk bokashi selain bisa digunakan sebagai pupum untuk tanaman, juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pembuatan bokasi sangat perlu diterapkan, karena merupakan salah satu teknologi tepat guna dengan biaya yang terjangkau serta mudah untuk proses pembuatannya dengan memanfaatkan limbah-limbah ternak. Pemanfaatan limbah tersebut selain sebagai salah satu cara menjaga lingkungan, juga sebagai cara untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah.

1.2         Tujuan
1.        Mengetahui cara pembuatan pupuk bokashi.
2.        Mengetahui cara pengaplikasian pupuk bokashi.
3.        Mengetahui manfaat pupuk bokashi.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Indriani (2011), menyatakan bahwa salah satu jenis pupu organik diantaranya adalah pupuk bokashi. Bokashi adalah kompos yag dihasilkan memlalui fermentasi dengan pemberian Effectif Microorganism-4 (EM-4) yang merupakan salah satu activator untuk mempercepat proses pembuatan kompos.
Kusumaningwarti (2009), menyatakan bahwa bahan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam pupuk kandang atau serbuk gergaji namun bahan yang paling baik digunakan sebagai bokashi adalah dedak karena mengandung zat gizi yang sangtabaik untuk mikroorganisme.
Gao et al (2012), menyatakan bahwa bokashi merupakan salah satu jenis pupuk yang dapat menggantikan kehadiran pupuk kimia buatan untuk meningkatkan kesuburan tanah sekaligus memperbaiki kerusakan sifat-sifat tanah akibat pemakaian pupuk anorganik (kimia) secara berlebihan.
Atiakah (2013), menyatakan bahwa bokashi merupakan hasil fermentasi bahan anorganik dari limbah pertanian (pupuk kandang, jerami, sampah, sekam, serbuk gergaji) dengan menggunakan EM-4.
Gunam (2007), menyatakan bahwa terdapat beberapa macam mikroorga-nisme yang dapat digunakan untuk membantu dan mempercepat pengomposan sampah organic agar menjadi pupuk kompos. Mikroorganisme tersebut antara lain Streptomyces sp., Acetybactr sp., Actynomycetes sp,. Dalam pengabdian yang akan dilakukan ini, audience akan diajarkan untuk menggunakan bahwa activator untuk mempercepat pembuatan kompos antara lain produk Dectro, OrgaDec, serta EM-4 yang diproduksi.
Simamora, dkk (2006), menyatakan bahwa proses pengomposan melalui tiga tahapan dan proses perombakan bahan organik secara alami membutuhkan waktu yang relative (3-4 bulan), mikroorganisme umumnya berumur pendek. Sel yang mati oleh populasi organisme lainnya untuk dijadikan substrat yang lebih cocok daripada residu tanaman itu sendiri. Secara keseluruhan proses dekomposisi umumnya meliputi spectrum yang luas dari mikroorganisme yang memanfaatkan substrat tersebut, yang dibedakan atas jenis enzim yang dihasilkannya.
BAB III
METODOLOGI

3.1    Waktu dan tempat
Tanggal    : Jum’at, 4 November 2016 – 17 November 2016
Waktu      : 07.00 – selesai
Tempat     : Lahan Praktikum Gedung 454 Politeknik Negeri Bnyuwangi

3.2    Alat dan Bahan
Alat :
1.      Pisau
2.      Timbangan
3.      Gelas ukur
4.      Timba
5.      Terpal
6.      Talenan
7.      Kantong plastic (Kresek)
8.      Karung
9.      Tali
10.  Gelas aqua
Bahan :
1.      Jerami
2.      Sampah organic
3.      Kotoran ternak
4.      EM-4
5.      Dedak
6.      Abu sekam
7.      Dolomite (Kaptan)
8.      Tetes tebu
9.      Air

3.3    Metode Praktikum
1.      Brefing sebelum melaksanakan kegiatan praktikum dengan teknisi selama 30 menit.
2.      Persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum.
3.      Pemisahan bahan-bahan yang akan digunakan (Kotoran sapi, sayuran, dan jerami).
4.      Pencampuran bahan baku dengan bahan-bahan lainnya kedalam timba dengan menggunakan tangan.
5.      Setelah ketiga pupuk sudah dicampur, kemudian dimasukkan kedalam kresek dan ditutup dengan rapat.
6.      Kemudian, pindah ketiga pupuk tersebut kebelakang gedung C diatas terpal.
7.      Setelah itu, tutup pupuk dengan terpal.
8.      Selama 3 hari sekali pupuk dibuka dan diamati selama 2 minggu.
9.      Pengumpulan data pengamatan.
10.  Pembuatan laporan praktikum.
11.  Pengumpulan laporan.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1              Hasil pengamatan
Tgl
Pupuk
Bokashi
Keterangan
pH
Tekstur
Warna
Suhu
Bau
Kadar
air
7
Nov2016
Pupuk
Kandang
5,5
Kasar
Hitam
33 ̊C
Menyengat
Sedikit
Sampah
Organik
5,0
Kasar
Coklat
32 ̊C
Menyengat
Banyak
Jerami
6,5
Berserat
Kuning
kecoklatan
31 ̊C
Tidak
berbau
Tidak
ada
11
Nov2016
Pupuk
Kandang
6,5
Kasar
Semakin hitam
27 ̊C
Sangat menyengat
Sedikit
Sampah
Organik
6,5
Lembek
Coklat gelap
28 ̊C
Sangat menyengat
Sangat banyak
Jerami
7,0
Berserat
Coklat
28  ̊C
Tidak menyengat
Tidak ada
14
Nov2016
Pupuk
Kandang
6,5
Lunak
Semakin hitam
37,8 ̊C
Sangat menyengat
Sedikit

Sampah
Organik
6,5
Lunak
Hitam
35,1 ̊C
Sangat menyengat
Sangat banyak
(ada belatung)
Jerami
7,0
Kasar berserat
Coklat gelap
38,3 ̊C
Tidak menyengat
Tidak ada
17
Nov2016
Pupuk
Kandang
6
Halus
(lembek)
Hitam pekat
32 ̊C
Sangat menyengat
Sedikit
Sampah
Organik
6,5
Halus
(lembek)
Hitam pekat
32 ̊C
Sangat menyengat
Sangat banyak
(ada belatung)
Jerami
7,0
Agak halus berserat
Coklat gelap
21 ̊C
Tidak menyengat
Tidak ada

4.2              Pembahasan
Pupuk bokashi adalah pupuk yang dibuat dengan proses pengom-posan menggunakan EM4. Keuntungan dalam penggunaan EM4 adalah pupuk organik dapat dihasilkan dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan cara konvensional. EM4 mengandunga ragi, bakteri fotosintetik, jamur Lactobacillus sp, dan lain-lainnya.
Pembuatan pupuk bokasi pada praktikum kali ini ada beberapa macam, antara lain:
1.      Pupuk bokasi kotoran sapi (Pupuk kandang)
Kotoran sapi merupakan salah satu limbah yang memiliki kandungan nitrogen, pottasium, dan materi serat yang tinggi, maka kotoran sapi sangat cocok sebagai bahan baku pembuatan pupuk bokashi ini. Pengamatan dilakukan selama 3 hari sekali selama jangka waktu 2 minggu. Pada pengamatan pertama, belum ada perubahan yang signifikan yang dapat ditemukan.
Pengamatan kedua, terjadi perubahan yang signifikan dari pH yang semakin meningkat dan bau pupuk yang semakin menyengat. Hal ini terjadi akibat dari kekurangan udara didalam kantong palstik, sehingga akan mengakibatka munculnya gas metan yang membuat pupuk menjadi semakin berbau. Selain itu, warna pupuk menjadi semakin hitam dan suhu yang semakin menurun. Hal ini menunjukkan bahwa mulai terjadinya proses fermentasi dan pembusukan.
Pengamatan ketiga, terjadi perubahan pada tekstur pupuk yang semakin lunak dan suhu yang semakin meningkat drastis. Perubahan tekstur ini menunjukkan bahwa EM4 pada pupuk sudah mulai bekerja dengan baik. Sementara, perubahan suhu yang sangat drastis ini (27ºC – 37,8ºC) diakibatkan karena perbedaan waktu pada saat pengamatan kedua dan ketiga, pengamatan kedua dilaksanakan pada sore hari dengan cuaca yang hangat, sementara pengamatan ketiga dilakukan pada pagi hari dengan cuaca yang masih dingin.
Pengamatan 4, perubahan pH sebesar 6, tekstur, warna yang semakin hitam pekat dan suhu yang semakin menurun sebesar 32 ºC menandakan bahwa pupuk bokashi kotoran sapi dikatakan berhasil. Keberhasilan dalam pembuatan pupuk bokashi ini ditandai dengan menurunnya suhu dan pH dan berubahnya tekstur dan warna yang signifikan.
2.      Pupuk bokashi sayuran organik
Pembuatan pupuk bokashi sayuran organik ini hanya menggu-nakan sayuran-sayuran yang sudah tidak dimanfaatkan lagi. Kandungan pada sayuran-sayuran ini menjadi salah satu alasan untuk proses pembuatan pupuk bokashi. Pengamatan dilakukan 3 hari sekali selama 2 minggu.
Pengamatan pertama, belum ada perubahan yang signifikan yang ditemukan. Bau dari pupuk bokashi ini sangat menyengat dibandingkan dengan pupuk yang lainnya. Hal tersebut dapat diakibatkan karena struktur sayuran yang mudah hancur atau membusuk sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap.
Pengamatan kedua, adanya perubahan dari semua item. Perubahan tersebut yaitu pH yang semakin tinggi (5-6,5), tekstur yang semakin lembek, warna yang semakin kecoklatan, suhu yang semakin turun drastis (32ºC - 28ºC) , dan bau yang semakin menyengat. Hal tersebut menunjukkan bahwa EM4/mikroorganisme mulai bereaksi dengan kandungan pupuk.
Pengamatan ketiga, terjadi perubahan yang sangat kentara pada warna pupuk yang semakin berwarna hitam, dan suhu yang naik secara drastis (28ºC-35,1ºC). Perubahan suhu ini diakibatkan karena perbedaan waktu dalam proses pengamatan. Perbedaan waktu ini sangat mempengaruhi proses penilaian suhu, karena setiap waktu memiliki suhu yang berbeda-beda.
Pengamatan ketiga ini ditemukan adanya belatung didalam pupuk. Hal tersebut, diakibatkan karena pupuk kurang tertutup dengan rapat dan daerah sekitar pupuk yang lembab. Perubahan suhu yang semakin menurun pada pengamatan sebelum juga menjadi salah satu indikator penyebanya, akibatnya belatung bisa masuk kedalam pupuk dan berkembang biak.
Pengamatan keempat mengalami perubahan yang baik. Peruba-han tersebut terjadi pada tekstur pupuk yang semakin lembek dan berair, suhu pupuk yang semakin menurun, dan warna pupuk yang semakin menjadi hitam pekat. Namun, pada pengamatan ini masih ditemukan adanya belatung yang berkembangbiak.
3.      Pupuk bokashi jerami padi
 Jerami padi memiliki kandungan unsur hara yang sangat meli-mpah, karena pemberian pupuk yang dilakukan oleh petani masih tersimpan didalam jerami, oleh sebab itu, ketika habis panen jerami sebaiknya tidak dibakar, karena dapat mengakibatkan unsur hara yang terkandung menghilang/menguap. Jerami dapat dibuat menjadi bahan baku utama dalam pembuatan pupuk bokashi ini. Pengamatan pupuk jerami ini dilakukan selama 3 hari sekali selama seminggu.
Pengamatan pertama, pupuk jerami belum menunjukan perubahan yang sangat kentara. pH pada pengamatan pertama ini sebesar 6,5, memiliki tekstur berserat, berwarna kecoklatan, suhu sebesar 31ºC dan tidak berbau. Pada pengamatan ini merupakan patokan untuk pengamatan selanjutnya.
Pengamatan kedua,  terjadi beberapa perubahan pada pupuk. Perubahan tersebut antara lain: pH pupuk yang semakin meningkat (6,5-7,0), warna pupuk yang semakin coklat, dan suhu yang menurun (31ºC-28ºC). Perubahan tersebut menandakan bahwa mikrooganisme didalam pupuk sudah mulai bereaksi.
Pengamatan ketiga, tekstur pupuk yang mulanya kasar menjadi hancur sedikit, meskipun tekstur masih terlihat kasar secara umumnya dan warna pupuk yang semakin coklat gelap. Suhu pupuk kembali mengalami peningkatan yang sangat drastis (28ºC-38,3ºC) sama dengan pupuk lain. Bau pupuk tidak menyengat diakibatkan karena jerami padi tidak mudah terurai dan tidak memiliki kandungan air yang banyak seperti sayuran, sehingga jerami padi tidak memiliki bau ketika sudah terurai.
Pengamatan keempat, terjadi perubahan tekstur agak halus berserat, hal tersebut dikarenakan serat-serat jerami mulai terurai dan hancur. Suhu pupuk kembali mengalami penurunan yang sangat siginifikan yaitu 38,3ºC-21ºC dan memiliki bau yang sama yaitu tidak menyengat.      

4.3              Manfaat pupuk bokashi
Pupuk bokashi memiliki berbagai manfaat yang menguntungkan bagi para petani, antara lain:
1.      Meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanam.
2.      Kandungan hara dalam pupuk bokashi lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kompos.
3.      Mempercepat pertumbuhan tanaman.
4.      Meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang menguntungkan.
5.      Menghambat pertumbuhan hama dan penyakit yang merugikan tanaman.
6.      Mampu memperbaiki sifat kimia dan biologis tanah.
7.      Menggemburkan tanah dan meningkat aerasi tanah.
Manfaat diatas akan didapatkan oleh para petani dalam budidaya tanaman dibandingkan dengan pupuk kompos. Sehingga, kesejahteraan para petani bisa meningkat dengan penggunaan pupuk ini. Pupuk bokashi jelas berbeda dengan pupuk kompoas, baik itu cara pembuatannya, kandungannya, perlakuan yang diberikannya dan kandungan yang ada didalamnya yang lebih menguntung-kan bagi para petani.



BAB V
PENUTUP

5.1              Kesimpulan
Pupuk bokashi adalah sebuah metode pengomposan yang dapat meng-gunakan starter aerobik maupun anaerobik untuk mengkomposkan bahan organik, biasanya berupa campuran molasses, air, starter mikro organisme dan sekam padi. Praktikum pada kegiatan ini, membuat 3 jenis bahan baku pupuk bokashi, antara lain: kotoran sapi, sayuran busuk, dan jerami padi. Ketiga pupuk tersebut menggunakan bahan yang sama dan diamati 3 hari sekali selama dua minggu.
Pengamatan pertama ketiga pupuk tidak menunjukkan perubahan yang signifikan, sementara pada pengamatan kedua ketiga pupuk mengalami penurunan suhu yang diperkirakan diakibatkan oleh perbedaan waktu pengamatan yang dilakukan. Pengamatan ketiga terdapat belatung pada pupuk bokashi sayuran organik yang diakibatkan oleh kurang rapat ketika menutup, lembapnya daerah sekitar, sehingga telur lalat bisa menetas menjadi belatung. Tetapi, kedua pupuk (Kotoran sapi dan Jerami) tidak mengalami kejanggalan.
Pengamatan keempat semua pupuk sudah siap diaplikasikan. Pupuk bokashi bisa digunakan setelah 10-12 hari fermentasi, ditandai dengan berubahnya tekstur, suhu, warna, bau dan pH yang semakin halus dan menurun. Pupuk bokashi ini memiliki banyak manfaat bagi tanaman, antara lain: meningkatkan hara da pertumbuhan tanaman, memiliki kandungan hara yang tinggi, mempercepat pertumbuhan, meningkatkan aktivitas organisme, memperbaiki sifat-sifat tanah, dan lain-lain.

5.2              Saran
Praktikum selanjutnya agar lebih terjadwal dengan baik lagi dan kami mengharapkan kelengkapan alat-alat praktikum yang nantinya bisa lebih memak-simalkan pengetahuan dan hasil praktikum yang didapatkan.





DAFTAR PUSTAKA

Atikah TA. 2013. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung Ungu Varietas Yumi F1 dengan Pemberian Berbagai Bahan Organik dan Lama Inkubasi pada Tanah Berpasir. Anterior Jurnal. 12(2): 6-12.

Gunam, W. 2007. Pemanfaatan Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos dengan Bantuan Mikroorganisme di Desa Sibetan Karangasem. Teknologi Industri Pertanian – Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Udayana.

Gao M, Li J, and Zhang X. 2012. Responses Opsoil Fauna Stucture and Leaf Litter Decompositin to Effective Mocroorganism Treathments in dahinggan mountains, China. Chinese Geographical Science. 22(6): 647-658.

Indiani, Y. H. 2011. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebaran Swadaya. Jakarta

Kusumaningwarti, R. 2009. Pengolahan Sampah dengan cara Menjdikannya Kompos. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol. 2, No. 1

Simamora, Suhud dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis. Agromedia Pustaka.



0 Response to "Laporan Praktikum Pembuatan Pupuk Bokashi Kotoran Sapi, Jerami dan Sayuran Busuk | Kesuburan Tanah"